Senin, 21 April 2008

Jogja

KA Sancaka dan Trans Jogja

Apa hubungannya? Bagi saya, jelas ada. Sebab, karena keterlambatan kedatangan KA Sancaka pada Sabtu 19 April 2008 lalu, saya jadi tak bisa menikmati transportasi baru Trans Jogja. Sebuah terobosan transportasi baru di Jogja, layaknya Trans Jakarta.
KA Sancaka menuju Jogja dari Surabaya seharusnya tiba di Madiun 17.44 WIB. Nyatanya, baru datang pukul 18.37. Ah, benar kata Iwan Fals, kereta terlambat itu biasa. Tetapi, menjadi luar biasa, ketika keterlambatannya hampir sejam, tanpa pemberitahuan pasti penyebabnya apa.
Tiba di Stasiun Tugu Jogjakarta, sudah lewat dari pukul 21.00 WIB. Jalan kaki menuju halte Trans Jogja, hanya didapati cewek cantik yang melayani penumpang rute dalam kota. Tampaknya, saya belum mujur, menikmati bus ber-AC dengan tarif hanya Rp 3.000.
Sebab, jurusan yang akan saya tuju, terkahir pukul 20.15 WIB. Kalau saja KA Sancaka tidak terlambat datang, saya bisa naik bus bantuan Departemen Perhubungan itu. Padahal, sudah disediakan bus lebih dari 50 unit dan 32 lebih halte khusus. Tentu, bukan untuk melayani saya semua, tetapi saya juga berhak naik. Dan, tidak jadi naik, lagi-lagi karena KA Sancaka terlambat datang.
Bertolak dari fenomena transportasi di Jogja itu, saya berfikir, hal serupa bisa dilakukan di Surabaya atau Malang. Dua kota di Jawa Timur yang tingkat kepadatannya sudah luar biasa. Malang bahkan kini mendapat julukan ‘’kota seribu angkot’’. Sementara Surabaya, rencana busway masih terkatung-katung karena ada pro dan kontra.
Mengaca di Jogja, saya fakir dua kota itu bisa melakukannya. Hanya butuh sentuhan kebijakan berani, untuk mengurai sarana transportasi dalam kota. Halte di Jogja, tak makan tempat yang luas. Jalan di kota gudeg itupun, lebarnya tak jauh beda dengan Surabaya atau Malang. Tetapi, sarana angkutan masal memang menjadi alternatif perkotaan mengurangi kepadatan kendaraan.
Kebijakan ini cukup populis, ketika masyarakat sebagian masih banyak menggunakan fasilitas angkutan lain. Seperti becak, ojek dan lainnya yang secara cost lebih tinggi. Trans Jogja melewati banyak tempat penting seperti Malioboro, UGM, Keraton, pasar Beringharjo, Taman Pintar, dan ikon Jogja lainnya. Terobosan yang bisa dilakukan oleh semua. (*)

Tidak ada komentar: