Minggu, 20 April 2008

Romantika

Antara Aku, Kau dan Dia

Jumat 18 April 2008 sekira pukul 11.07, di Juanda International Airport. Menuju lantai dua tempat biasanya pengantar menikmati pemandangan landing dan take off pesawat,, beda dari biasanya. Dua escalator yang mengapit prasasti peresmian bandara Juanda oleh Presiden RI, mati. Dua tangga dengan puluhan anak tangga beralas marmer, diberi peringatan khusus. Ada tulisan ‘’batas suci’’ di ujung tangga paling atas. Di bawah, hanya tulisan penunjuk tempat Salat Jumat, tak menghalangi tangga itu. Beberapa petugas cleaning service berseragam biro bermotif batik di tengan, tampak sibuk membersihkan tempat itu.
‘’Bu, tolong turun, wis resik iku arep nggo Jumatan,’’ teriak salah seorang petugas cleaning service kepada serombongan ibu dan anak yang asyik duduk di anak tangga atas. Tentu, mereka masih mengenakan sandal. Rak kunjung turun, petugas tampak menggerutu, mendongakkan kepala ke arah pengunjung itu.
Ya, saya menganggap wajar peringatan itu. Sebab, lantai dua itu, sejam kedepan akan dipakai Salat Jumat dengan Imam dan Khotib H. Imam Hambali. Tetapi, perawaan wajar saya menjadi berubah. Kenapa? Salah satu rekan si cleaning service itu, malah naik tangga. Tentu, lengkap dengan alat tugasnya. Masih bersepatu, menenteng pel basah tidak ditadahi ember atau alat apapu. Sehingga kalau lap itu dalam kondisi basah, air bisa menetes di mana-mana. Termasuk, di tempat si ibu dan anak-anaknya tadi cangkruk. Atau setidaknya, sepatu petugas, naik ke tempat yang oleh rekannya tadi, dilarang.
Ohhhh. Sungguh ironis, naik tangga yang tadi katanya sudah dibersihkan untuk persiapan Jumatan, ‘’dikotori’’ lagi oleh regu pembersih yang tadi melarang orang yang dinilai mengotorinya. Andai aku jadi kau cleaning service tadi, mungkin bijak jika sepatu saya lepas, atau alat pel saya tidak tenteng. Atau lebih bijak lagi, tidak naik ke lantai dua, karena di sana sudah ada petugas lain. Dan ternyata, ketika jumatan berlangsung pun, sepatu naik ke atas. Semuanya, ratusan jamaah.
Atau, andai aku jadi dia si ibu, aku akan segera turun tanpa harus dihardik petugas. Kenapa? Karena sebelum si ibu naik, ada beberapa rombongan bapak-bapak yang naik, diminta lagi turun karena sedang dalam proses dibersihkan. Atau, kalau aku jadi aku yang melihat pemandangan itu, semua tak perlu terjadi bila kita semua disiplin. Saling menghargai. Petugas kebersihan, memiliki kewajiban membersihkan tempat yang sudah menjadi tugasnya. Dan, pengunjung pun, disiplin karena sudah ada keterangan lokasi tersebut akan dipakai jumatan, ya harusnya tidak dikotori dengan alas sepatu, sandal yang sudah menginjak kotoran entah dimana. Semua, berawal dari displin. (*)

Tidak ada komentar: